Perkenalan namaku Rendi. Dalam
cerita keduaku setelah cerita Kak Linda, aku mau berbagi kembali pengalamanku.
Kalau belum membaca, aku mau memperkenalkan jati diriku. Aku tinggal dikota S
Jawa Tengah, tinggiku 169 cm dan berat badanku 52 kg. Aku saat ini kuliah
disalah satu universitas ternama di Jateng. Saat ini aku mau langsung cerita
pengalamanku saat aku masih duduk kelas 1 SMP tapi aku masih ingat betul
ceritanya.
Saat aku lulus di SD aku mendapat
nilai yang sangat memuaskan. Seperti janji ayahku kalau nilaiku baik aku akan
dikirim di luar kota yang pendidikannya lebih baik. Disana aku dititipkan
dirumah pamanku, om Hari.
Dia orang yang sangat kaya raya. Rumahnya sangat megah tapi terletak disebuah desa pinggir kota. Rumahnya terdapat dua lantai dan dilengkapi juga kolam renang yang lumayan besar. Om Hari orangnya sangat sibuk, dia mempunyai istri yang sangat cantik namanya Tante Reni, wajahnya mirip dengan Amara. Dia mempunyai anak yang masih kecil. Tante Reni rajin merawat tubuhnya, walapun dia sudah mempunyai satu anak tubuhnya tetap padat berisi ditunjang dengan payudara yang sangat montok kira kira 34B. Hal itu yang membuatku tertarik akan keindahan serta anugrah dari seorang wanita.
Dia orang yang sangat kaya raya. Rumahnya sangat megah tapi terletak disebuah desa pinggir kota. Rumahnya terdapat dua lantai dan dilengkapi juga kolam renang yang lumayan besar. Om Hari orangnya sangat sibuk, dia mempunyai istri yang sangat cantik namanya Tante Reni, wajahnya mirip dengan Amara. Dia mempunyai anak yang masih kecil. Tante Reni rajin merawat tubuhnya, walapun dia sudah mempunyai satu anak tubuhnya tetap padat berisi ditunjang dengan payudara yang sangat montok kira kira 34B. Hal itu yang membuatku tertarik akan keindahan serta anugrah dari seorang wanita.
Sesampainya dirumah Om Hari. Aku
memasuki pintu rumah yang besar. Disana aku disambut oleh Om Hari dan istrinya.
Om Hari menjabat tanganku sedangkan Tante menciumku. Aku agak sungkan dengan
perlakuan seperti itu. Pembantu disana disuruh membawakan tasku dan
mengantarkan sampai di kamarku. Aku mendapat kamar yang 3 kali lipat dari kamar
tidurku dirumah. Setelah itu aku berkeliling rumah melihat kolam renang serta
sempat melihat kamar mandi yang tak terbayang olehku. Disana terdapat tempat
cuci tangan dengan cermin yang besar WC, bathup, dan dua shower yang satu
dengan kaca buram sedangan yang satu dengan kain yang diputarkan membentuk 1/4
lingkaran (sorry aku nggak tahu namanya). Tempat itu masih dalam satu ruangan
tanpa penyekat. Sore hari, aku duduk ditepi kolam. Om Hari datang menghampiriku
dia bilang mau pergi keluar kota. Dia juga mohon maaf tidak bisa menemaniku.
Kami pun mengantarkan sampai pagar rumah. Setelah itu aku kembali duduk
menikmati suasana kolam renang.
Tiba tiba dari belakang muncul
sosok yang sangat menawan. Tante dengan baluatan piyama menghampiriku.
"Ren kamu suka nggak ama rumah ini" "Suka banget Tante, kayaknya
aku kerasan banget dengan rumah ini tiap sore bisa renang" "Kamu suka
renang, yuk kita renang bareng, pas waktu ini udara sangat panas" Wahh
kebetulan aku bisa renang ama Tante yang bahenol. Waktu bertemu pertama kali
aku cuma bisa membayangkan bentuk tubuhnya waktu renang dengan balutan
swimsuit. Tapi ketika dia berdiri. Dia membuka piyamanya. Kontan aku tersedak
ketika dia hanya memakai Bikini yang sangat sexy dengan warna yang coklat muda.
Model bawahannya G-string. "Huhuukk.. Aduh Tante aku kira Tante mau
telanjang" "Enak aja kalau kamu, Om bilang kamu suka bercanda"
"Tante nggak malu dilihatin ama satpam Tante, Tante pake bikini seperti
ini" "Ihh ini sudah biasa Tante pake bikini kadang ada orang kampung
ngintip Tante" "Benar Tante.. Tapi sayang aku lupa bawa celana
renang" "Ah.. Nggak apa apa pake aja dulu celana dalam kamu. Nanti
aku suruh bi' Imah suruh beli buat kamu, yuk nyebur.." segera Tante
menyeburkan dirinya. Dengan malu malu aku membuka bajuku tapi belum buka
celana.
Aku malu ama Tante. Lalu dia naik
dari kolam. Dia memdekatiku "Ayo cepet.. Malu ya ama Tante nggak apa apa.
Kan kamu keponakan Tante. Jadi sama dengan kakak perempuan kamu." Waktu
dia mendekatiku terlihat jelas putingnya menonjol keluar. Maklum nggak ada
bikini pake busa. Aku melirik bagian payudaranya. Dia hanya tersenyum. Setelah
itu dia kembali menarikku. Tanpa basa basi dengan muka tertunduk aku melorotkan
celana dalamku. Yang aku takutkan kepala adikku kelihatan kalau lagi tegang
menyembul dibalik celana dalamku.
Setelah melepas celanaku langsung
aku berenang bersama Tante. Setelah puas renang aku naik dan segera ke kamar
mandi yang besar. Aku masuk disana ketika aku ingin menutupnya, tidak ada
kuncinya jadi kalau ada orang masuk tinggal buka aja. Aku segera bergegas
tempat dengan penutup kain. Aku tanggalkan semua yang tertinggal ditubuhku dan
aku membilas dengan air dingin. Ketika hendak menyabuni tubuhku. Terdengar
suara pintu terbuka, aku mengintip ternyata Tanteku yang masuk. Kontan aku
kaget aku berusaha agar tidak ketahuan. Ketika dia membuka sedikit tempatku aku
spontan kaget segera aku menghadap ke belakang. "Ehh.. Maaf ya Ren aku
nggak tahu kalau kamu ada didalam. Habis nggak ada suara sih" Langsung
segera wajahku memerah. Aku baru sadar kalau Tante sudah menanggalkan bikini
bagian atasnya. Dia segera menutupinya dengan telapak tangannya.
Aku tahu waktu tubuhku menghadap
kebelakang tapi kepalaku lagi menoleh kepadanya. "Maaf.. Juga Tante.. Ini
salahku" jawabku yang seolah tidak sadar apa yang aku lakukan. Yang lebih
menarik telapak tangan Tante tidak cukup menutupi semua bagiannya. Disana
terdapat puting kecil berwarna cokelat serta sangat kontras dengan besarnya
payudara Tante. "Tante tutup dong tirainya, akukan malu" Segera
ditutup tirai itu. Dengan keras shower aku hidupkan seolah olah aku sedang
mandi. Segera aku intip Tanteku. Ternyata dia masih diluar belum masuk tempat
shower. Dia berdiri didepat cermin. Disana dia sedang membersihkan muka, tampak
payudaranya bergoyang goyang menggairahkan sekali. Dengan sengaja aku sedikit
membuka tirai supaya aku dapat melihatnya. Aku bermain dengan adikku yang
langsung keras. Kukocok dengan sabun cair milik Tante.
Ketika aku intip yang kedua kali
dia mengoleskan cairan disekujur tubuhnya. Aku melihat tubuh Tante mengkilap
setelah diberi cairan itu. Aku tidak tahu cairan apa itu. Dia mengoleskan
disekitar payudaranya agak lama. Sambil diputar putar kadang agar diremas
kecil. Ketika sekitar 2 menit kayaknya dia mendesis membuka sedikit mulutnya
sambildia memejamkan mata. Sambil menikmati pemandangan aku konsentrasikan pada
kocokanku dan akhirnya.. Crot crot.. Air maniku tumpah semua ke CD bekas aku
renang tadi. Yang aku kagetkan nggak ada handuk, lupa aku ambil dari dalam tasku.
Aku bingung. Setelah beberapa saat aku tidak melihat Tante di depan cermin,
tapi dia sudah berada di depan shower yang satunya. Aku tercengang waktu dia
melorotkan CDnya dengan perlahan lahan dan melemparkan CDnya kekeranjang dan
masuk ke shower.
Setelah beberapa kemudian dia
keluar. Aku sengaja tidak keluar menunggu Tanteku pergi. Tapi dia
menghampiriku. "Ren koq lama banget mandinya. Hayo ngapain didalam"
Kemudian aku mengeluarkan kepalaku saja dibalik tirai. Aku kaget dia ada
dihadapanku tanpa satu busanapun yang menempel ditubuhnya. Langsung aku tutup
kembali. "Rendi malu ya, nggak usah malu akukan masih Tantemu. Nggak
papalah?" "Anu Tante aku lupa bawa handuk jadi aku malu kalau harus
keluar" "Aku juga lupa bawa handuk, udahlah kamu keluar dulu aja. Aku
mau ambilkan handukmu." Tante sudah pergi. Akupun keluar dari shower.
Setelah bebrapa menit aku mulai kedinginan yang tadi adikku mengeras tiba tiba
mengecil kembali.
Lalu pintu terbuka pembantu Tante
yang usianya seperti kakakku datang bawa handuk, akupun kaget segera aku
menutupi adikku. Dia melihatku cuma tersenyum manis. Aku tertunduk malu.
Setelah dia keluar, belum sempet aku menutup auratku Tanteku masuk masih tetap
telanjang hanya aja dia sudah pake CD model g-string. "Ada apa Tante. Kok masih
telanjang" jawabku sok cuek bebek padahal aku sangat malu ketika adikku
berdiri lagi. "Sudah nggak malu ya.., anu Ren aku mau minta tolong"
"Tolong apa Tante koq serius banget.. Tapi maaf ya Tante adik Rendi
berdiri" Dia malah tertawa."Idih itu sih biasa kalau lagi liat wanita
telanjang" jawab Tante. "Begini aku minta Rendi meluluri badan Tante
soalnya tukang lulurnya nggak datang" Bagai disambar petir.
Aku belum pernah pegang cewek
sejak saat itu. Pucuk dicinta ulam tiba. "Mau nggak..? "Mau
Tante." Segera dia berbaring tengkurap. Aku melumuri punggung Tante dengan
lulur. Aku ratakan disegala tubuhnya. Tiba tiba handukku terlepas. Nongol deh
senjataku, langsung aku tutupi dengan tanganku "Sudah biarin aja, yang ada
cuma aku dan kamu apa sih yang kamu malukan." Dengan santainya dia menaruh
handukku kelantai. "Tubuh Tante bagus banget. Walaupun sudah punya anak
tetap payudara Tante besar lagi kenceng" Aku berbicara waktu aku tahu
payudaranya tergencet waktu dia tengkurap. Dan dia hanya tersenyum.
Aku sekarang meluluri bagian
pahanya dan pantatnya. "Ren berhenti sebentar" Akupun berhenti lalu
dia mencopot CDnya. Otomatis adikku tambah gagah. Aku tetap tak berani menatap
bagian bawahnya. Setelah beberapa waktu dia membalikkan badan ke arahku. Lagi
lagi aku tersedak melihat pemandangan itu. "Ren Adikmu lagi tegang
tegangnya nih kayaknya sudah hampir keluar nih." Lalu dia menyuruh aku
mengolesinya dibagian payudaranya. Dia suruh aku supaya agak meremas remasnya.
Aku pun ketagian acara itu disana aku melihat puting berwarna coklat muda lagi
mengeras. Kadang kadang aku senggol putingnya atau aku sentil. Dia memekik dan
mendesah seperti ulat kepanasan. "Ren terus remas.. Uhuhh remes yang
kuat" "Tante kok jarang rambutnya dianunya Tante. Nggak kaya Mbak Ana"
aku bertanya dan dia hanya tersenyum ketika tanganku beralih di daerah vagina.
Ketika aku menyentuh vagina Tante yang jarang rambutnya.
Aku gemetar ketika tanganku
menyentuh gundukan itu. Belum aku kasih lulur daerah itu sudah basah dengan
sendirinya. Aku disuruhnya terus mengusap usap daerah itu, kadang aku tekan
bagian keduanya. "Ren pijatanmu enak banget.. Terus.." Setelah aku
terus gosok dengan lembut tiba tiba Tante menegang. Serr serr, aku mencari
sumber bunyi yang pelan tapi jelas. Aku tahu kalau itu berasal dibagian
sensitif Tante. Lalu dia terkulai lemas. "Makasih ya atas acara
lulurannya. Untung ada kamu. Ternyata kamu ahli juga ya" "Tentu
Tante, kalau ada apa apa bisa andalkan Rendi" Lalu dia pergi dari kamar
mandi itu. Aku memakai handuk untuk menutupi bagian tubuhku. Aku mengikutinya
dari belakang. Ternyata dia berjalan jalan dirumah tanpa sehelai benang pun.
Aku pun segera masuk ke kamar tidur yang dipersiapkan, tenyata ada pembantu
yang tadi mengambilkan handuk sedang menata pakaianku ke dalam almari.
"Den, Rendi, tadi kaget nggak ngeliat ibu
telanjang" sebelum aku jawab. Dia memberitahukan kalau Tante itu suka
telanjang dan memamerkan tubuhnya ke semua orang baik perempuan maupun laki
laki tapi tidak berani kalau ada suaminya. Pembantu itu juga memberitahukan
kejadian yang aneh dia sering renang telanjang dan yang paling aneh kadang
kadang ketika dia menyirami bunga dia telanjang dada di depan rumah tepatnya
halaman depan, padahal sering orang lewat depan rumah. "Sudah ganti sana
CD ada didalam almari itu tapi kayaknya anunya den Rendi masih amatir" dia
menggodaku.
Setelah melewati beberapa hari akupun sering mandi sama Tante
bahkan hampir tiap hari. Semakin dipandang tubuhnya makin oke aja. Itu semua
pengalaman saya hidup dirumah Tante Reni yang aduhai. Tapi aku kecewa waktu aku
meninggalkan rumah itu. Aku disana belum genap satu tahun. Karena harus balik
lagi ke rumah karena ayah ibuku bekerja diluar kota dan aku harus tunggu
bersama kakakku Ana.

No comments:
Post a Comment